Download Gratis, Buku Serial berjudul “WAJIB BERHUKUM KEPADA SYARI’AT” (3) - Download Gratis Buku Islam lay out :

blog ini berisi materi-materi dakwah islam yang wajib dimiliki para mahasiswa, dai, penceramah, pelajar dan kalangan umum yang ingin dan sedang mempelajari islam, dan semua isinya bisa di download secara gratis

Jumat, 09 Februari 2018

Download Gratis, Buku Serial berjudul “WAJIB BERHUKUM KEPADA SYARI’AT” (3)

Berpegang kepada Al-Quran dan sunnah termasuk pilar terpenting dalam I‘dâd Îmânî (persiapan iman) menuju terlaksananya jihad. Sikap berpegang teguh inilah yang akan mengendalikan arah gerak harakah jihad untuk bisa sampai kepada tujuan syar‘inya yang paling tinggi. Sikap ini juga akan melindungi gerakan tersebut dari ketergelinciran dan penyimpangan yang terjadi di akhir perjuangan dari kebanyakan gerakan-gerakan yang mengusung bendera Islam. Oleh karena itu, tidak berlebihan kiranya jika kita katakan bahwa secara mutlak Manhaj berpegang teguh kepada Al-Quran dan sunnah ini adalah pilar I‘dâd Îmânî yang paling penting. 

Meremehkan manhaj ini akan berakibat kepada kerugian sendiri terhadap harakah jihad secara keseluruhan sekaligus akan membelokkannya kepada kehancuran yang parah, akan menjadikan pengorbanan para mujahidin terbuang percuma, akan mempersilahkan fihak lain memetik buah daripada jihad yang telah dilakukan, sehingga ketika sebuah sistem sekuler jahiliyyah berhasil ditumbangkan, ujung-ujungya adalah untuk membangun kembali sistem sekuler jahiliyah yang lain di atas mayat para syuhada, di atas potongan-potongan daging dan luka-luka. Dan, berbahagialah orang yang bisa mengambil pelajaran dari kejadian yang menimpa orang lain.

Konsisten untuk berpegang teguh kepada Al-Quran dan sunnah merupakan manhaj dari ahlus sunnah wal jama‘ah, mereka adalah Al-Firqoh An-Nâjiyah (satu-satunya dari 73 golongan Islam yang akan selamat, baik di dunia maupun di akhirat) seperti yang disebutkan dalam sabda Nabi SAW:

Sesungguhnya umat ini akan berpecah kepada 71 golongan, semuanya berada di neraka kecuali satu golongan, yaitu Al-Jamâ‘ah.” [1]

Tirmizi, demikian juga yang lain, meriwayatkan dari ‘Abdullôh bin ‘Amrû bin Al-‘Âsh secara marfû‘ :

Akan datang kepada umatku apa yang telah menimpa Banî Isrô’îl selanglah sendal demi selangkah, sampai bila di antara Banî Isrô’îl ada yang menzinai ibunya terang-terangan tentulah di umatkupun akan ada yang melakukannya. Dan sesungguhnya Banî Isrô’îl telah terpecah kepada 72 sekte agama, sedangkan umatku akan terpecah kepada 70 sekte, semuanya berada di neraka kecuali satu sekte saja.” Para shahabat bertanya: “Siapakah mereka wahai Rosululloh?” beliau menjawab: “Yang mengikuti jalanku dan jalan para shahabatku.”

Riwayat hadits ini dho‘îf (lemah), namun dengan hadits pendukung yang senada lainnya menjadikan derajatnya naik menjadi hasan li ghoirihî.

Makna hadits-hadits di atas adalah sama, bahwa firqoh nâjiyah adalah yang mengikuti jalan Nabi SAW dan para shahabat beliau. Merekalah jama‘ah pemegang kebenaran yang pertama. Ini sebagaimana dikatakan oleh Abû Syâmah di dalam buku berjudul Al-Hawâdits wal Bida‘ :

“Kalau ada perintah untuk melazimi jama‘ah, maka yang dimaksud adalah jama‘ah yang mengikuti kebenaran serta orang-orangnya, sekalipun orang yang berpegang teguh kepada kebenaran itu sedikit sedangkan yang menentangnya banyak, sebab kebenaran adalah jalan yang ditempuh golongan yang pertama, yaitu generasi Nabi SAW dan para shahabatnya. Banyaknya jumlah pelaku bid‘ah setelah generasi ini tidaklah menjadi tolok ukur. ‘Amrû bin Maimûn Al-Audî mengatakan: Aku mendampingi Mu‘âdz di Yaman dan aku tidak berpisah dengannya sampai beliau wafat di Syam. Setelah itu aku mendampingi ‘Abdullôh bin Mas‘ûd ra, suatu ketika aku mendengar beliau mengatakan: “Hendaknya kalian berjama‘ah, sebab tangan Alloh itu di atas Jama‘ah.” Suatu hari, aku mendengar beliau mengatakan, “Kalian akan dipimpin para penguasa yang mengakhirkan sholatnya, maka sholatlah kalian sesuai waktunya, itulah kewajiban; dan sholat berjama‘ahlah kalian bersama para penguasa tersebut, karena itu adalah sunnah.” Aku berkata: “Wahai shahabat Muhammad, aku tidak mengerti, kalian ini bicara apa?” “Apa yang tidak engkau mengerti?”tanya Ibnu Mas‘ûd. Kukatakan: “Engkau menyuruh dan menganjurkan kepadaku untuk berjama‘ah setelah itu engkau mengatakan: Sholatlah sendirian karena itulah kewajiban, dan sholatlah bersama Jama‘ah karena itu adalah sunnah.” Beliau berkata: “Wahai ‘Amrû bin Maimûn, kukira engkau ini adalah penduduk negeri ini yang paling fakih, tahukah kamu apa jama‘ah itu?” “Tidak,” kataku. Beliau berkata: “Sungguh, kebanyakan golongan telah terpisah dari jama‘ah; jama‘ah adalah yang sesuai dengan kebenaran meskipun engkau sendirian.”

Dapatkan versi lengkapnya secara gratis dalam format file pdf dengan klik link download dibawah ini :
 ahkam 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar